Dua BPD terbesar di Indonesia hanya pasang target pertumbuhan laba satu digit

  06-11-2019   |     Asbanda   Facebook   Twitter


Dua BPD terbesar di Indonesia hanya pasang target pertumbuhan laba satu digit

Bank Pembangunan Daerah (BPD) memasang target pertumbuhan laba bersih konservatif di tahun ini. Selain karena adanya tren kredit yang melambat, sejumlah BPD juga masih melakukan upaya pemenuhan pedoman standar akuntansi keuangan (PSAK) 71 yang bakal berlaku awal 2020 mendatang.

Hal tersebut tentunya menggerus perolehan laba lantaran perbankan diharuskan memupuk pencadangan lebih jumbo dari biasanya.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menerangkan pihaknya menargetkan laba bersih di kisaran Rp 1,6 triliun hingga Rp 1,7 triliun akhir 2019 ini. Jika dibandingkan dengan perolehan laba di akhir 2018 lalu, Bank BJB artinya memasang target laba hanya di kisaran 7%-8% saja tahun ini.

Untuk mencapai target tersebut, pihaknya bakal mendorong pertumbuhan FBI hingga menembus target perseroan yakni Rp 850 miliar hingga Rp 1 triliun. Perseroan juga akan mendorong pertumbuhan kredit di kisaran 9,83% pada akhir tahun serta dana pihak ketiga (DPK) mencapai 10%.

"Oktober 2019 ini harapan kami laba bisa Rp 1,26 triliun sampai Rp 1,27 triliun, kemungkinan akhir tahun bisa mencapai target dengan menjaga kualitas kredit," ujarnya pekan lalu (30/10).

Asal tahu saja, bank bersandi saham BJBR (anggota indeks Kompas100) ini mencatatkan total laba bersih per kuartal III 2019 sebesar Rp 1,13 triliun. Pencapaian tersebut turun dari periode kuartal III 2018 lalu yang mencapai Rp 1,34 miliar atau susut Rp 128 miliar.

"Di kuartal I dan II masing-masing kami buat pencadangan Rp 62 miliar dan di kuartal III agak besar mencapai Rp 161 miliar," katanya.

Serupa, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha juga mengungkap pihaknya hanya mematok pertumbuhan laba bersih sebesar 7,5% hingga 8% saja di akhir tahun ini. Target tersebut relatif sejalan dengan pencapaian laba bersih pada kuartal III 2019 lalu yang mencapai Rp 1,14 triliun atau tumbuh sebesar 7,61% secara yoy.

Ferdian juga mengatakan, target laba tersebut memang sudah sesuai dengan proyeksi awal perusahaan, tentunya dengan mempertimbangkan risiko kredit dan kondisi ekonomi.

Sementara untuk biaya pencadangan, perseroan mengaku sudah melakukan pemupukan sejak awal tahun 2019, dan telah memenuhi aturan PSAK 71.

Target pertumbuhan laba tersebut juga ditopang oleh target kredit yang mencapai 10% di akhir tahun ini. "Bank Jatim tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, hingga akhir tahun diperkirakan cenderung stabil," terangnya.

Berbeda dengan kedua bank tersebut, PT BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) justru percaya diri dengan perolehan laba di akhir 2019 ini. Secara singkat, Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar malah memproyeksi pada akhir 2019 ini total laba bersih bakal menembus Rp 630 miliar.

Target tersebut lebih tinggi 25,49% dibandingkan perolehan laba bersih perseroan di akhir 2018 lalu yang mencapai Rp 502,64 miliar. Wajar saja jika perseroan mematok target agak tinggi di tahun ini, sebabnya tahun lalu Bank Sumut memang mencatat penurunan laba bersih sebesar 20,21% secara yoy.

Adapun, Syahdan menjelaskan per Oktober 2019 ini total laba bersih perseroan sudah mencapai Rp 450 miliar. Pencapaian tersebut meningkat dibandingkan September 2019 sebesar Rp 404 miliar. "Meningkat juga secara yoy sebesar 12,5%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).

Lebih lanjut, untuk menggapai target laba di tahun ini, perseroan akan memaksimalkan upaya penagihan atau kolektabilitas dan meningkatkan pertumbuhan kredit. Terutama pada kredit multiguna, kredit pensiunan dan kredit modal kerja.

Sekadar informasi saja, per Agustus 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) mencatatkan total laba bersih BPD sebesar Rp 7,78 triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,85 triliun alias menyusut 12,06% secara yoy. (Kontan)

.

  Comments