BPD Didorong Adopsi Credit Scoring Milik Pefindo

  05-10-2019   |     Asbanda   Facebook   Twitter


BPD Didorong Adopsi Credit Scoring Milik Pefindo

Bank Pembangunan Daerah sebagai bank yang tengah bertransformasi didorong beradaptasi terhadap kemajuan teknologi dengan mengadopsi credit scoring untuk mempercepat analisis pemberian kredit bagi debitur.

Adaptasi teknologi mutlak diperlukan karena bank daerah kini menghadapi persaingan ketat tidak hanya dengan perbankan lain tetapi perusahaan teknologi finansial atau tekfin. Perusahaan tekfin saat ini sangat maju dalam scoring kredit, sehingga memiliki keunggulan melakukan penilaian terhadap calon debitur.

Dirut Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu menegaskan bahwa dengan posisi strategisnya pada sistem ekonomi daerah, BPD diyakini mampu memacu pertumbuhan melalui modernisasi proses. Cara itu diyakini mampu membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan terlebih di era transformai seperti saat ini.

“Analisa kredit dengan memanfaatkan laporan perkreditan dan credit score akan meningkatkan efisiensi pengambil keputusan kredit serta menjaga kualitas aset kredit terlebih di era transformasi digital layanan keuangan melalui pemanfaatan data dan teknologi,” jelasnya di sela-sela seminar “Potensi Pertumbuhan Usaha BPD melalui Pasar Modal dan Manajemen Risiko Kredit Berbasis Credit Scoring” di Kuta, Kamis (3/10/2019).

Seminar tersebut menghadirkan pembicara dari regulator, bursa efek, asosiasi dan pelaku usaha keuangan digital. Pokok pembahasannya mengenai update perkembangan terkini secara lengkap disamping kesempatan saling bertukar informasi terkait potensi pengembangan usaha BPD melalui pasar modal dengan tetap mengedepankan prinsip prudential banking guna menjaga risiko kredit dan NPL, sekaligus menggali peluang perluasan usaha di sektor UKM.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi ke depan memberi peluang bagi sistem laporan perkreditan untuk lebih berperan dalam memenuhi kebutuhan industri dan jangkauan penggunanya.

Era ekonomi digital yang disruptif mau tidak mau harus diantisipasi oleh lembaga jasa keuangan dengan memanfaatkan kemampuan dan kekayaan data agar keputusan dapat diambil secara cermat tanpa keraguan.

Namun demikian, peningkatan volume dan kompleksitas bisnis harus diimbangi dengan penguatan pengelolaan risiko kredit secara efektif, efisien dan terukur melalui pemanfaatan credit scoring.

Yohanes menekankan pemanfaatan data secara optimal akan memberikan manfaat luar biasa bagi kemajuan bisnis guna mempercepat pertumbuhan usaha.

Ditekankan olehnya, sebagai penyedia laporan informasi perkreditan, Pefindo Biro Kredit mendorong kalangan BPD untuk mamanfaatkan informasi perkreditan secara optimal guna menjaga kualitas kredit pada tingkat yang diinginkan.

“Termasuk mengurangi NPL, serta membuka peluang bisnis yang belum sepenuhnya tergarap,” jelasnya.

Lebih lanjut ditekanan bahwa pada saat ini NPL BPD secara nasional menunjukkan peningkatkan meskipun ada juga yang mampu menjaga di bawah rerata industri.

Padahal, kata dia, rasio kredit bermasalah tersebut merupakan momok bagi perbankan sehingga wajib untuk dijaga. Hanya mengandalkan analisis secara konvensional, jelas akan membuat bank daerah tertinggal dibandingkan pelaku usaha lain.

Dengan memanfaatkan credit scoring, bank daerah akan lebih cepat memberikan penilaian yang dibutuhkan untuk mitigasi risiko. Ditambah lagi, credit scoring Pefindo sudah terkoneksi dengan BPJS TK bahkan Taspen sehingga berkorelasi dengan bank daerah yang banyak nasabahnya merupakan aparat sipil negara (ASN).

“Sudah ada ini sehingga tidak ada alasan lagi NPL bernilai jelek. Kita sudah terkoneksi semua sehingga kalau ada ASN mau ambil kredit itu sudah dengan mudah terverifikasi dan bahkan sampai pajaknya,” paparnya.

Yohanes mengharapkan kedepannya, jumlah BPD yang mengadopsi teknologi digital akan bertambah. Pada saat ini, baru ada 2 BPD yang memanfaatkan teknologi ini. Dirut Taspen Iqbal Latanro dalam kesempatan sama mengharapkan bank daerah akan memanfaatkan kemajuan yang sudah dihasilkan Pefindo.

“Taspen itu salah satu pemegang saham dan kami melihat kebutuhan data scorig model ke depan akan semakin tinggi. Bank dengan beri NPL tinggi pasti akan perlu cost tiggi. Untuk itu butuh scoring yang kuat, dan bisa peroleh dari pefindo kredit,” jelasnya ditemui di lokasi sama. (Bisnis Bali)

.

  Comments